The Miracle of Enzyme Self-healing Program (Hard cover)
Oleh: Dr. Hiromi Shinya
ISBN : 9789793269795
Rilis : 2008
Halaman : 304p
Penerbit : Mizan
Bahasa : Indonesia
Harga : Rp.84.000
Catatan Dahlan Iskan tentang Buku Miracle of Enzyme
Wed Jun 10, 2009 1:51 am (PDT)
Dahlan Iskan: Susu Sapi Bukan untuk Manusia
Tidak ada makhluk di dunia ini yang ketika sudah dewasa masih minum susu -kecuali manusia. Lihatlah sapi, kambing, kerbau, atau apa pun: begitu sudah tidak anak-anak lagi tidak akan minum susu. Mengapa manusia seperti menyalahi perilaku yang alami seperti itu?
“Itu gara-gara pabrik susu yang terus mengiklankan produknya,” ujar Prof Dr Hiromi Shinya, penulis buku yang sangat laris: The Miracle of Enzyme (Keajaiban Enzim) yang sudah terbit dalam bahasa Indonesia dengan judul yang sama. Padahal, katanya, susu sapi adalah makanan/minuman paling buruk untuk manusia. Manusia seharusnya hanya minum susu manusia. Sebagaimana anak sapi yang juga hanya minum susu sapi. Mana ada anak sapi minum susu manusia, katanya.
Mengapa susu paling jelek untuk manusia? Bahkan, katanya, bisa menjadi penyebab osteoporosis? Jawabnya: karena susu itu benda cair sehingga ketika masuk mulut langsung mengalir ke kerongkongan. Tidak sempat berinteraksi dengan enzim yang diproduksi mulut kita. Akibat tidak bercampur enzim, tugas usus semakin berat. Begitu sampai di usus, susu tersebut langsung menggumpal dan sulit sekali dicerna. Untuk bisa mencernanya, tubuh terpaksa mengeluarkan cadangan “enzim induk” yang seharusnya lebih baik dihemat. Enzim induk itu mestinya untuk pertumbuhan tubuh, termasuk pertumbuhan tulang. Namun, karena enzim induk terlalu banyak dipakai untuk membantu mencerna susu, peminum susu akan lebih mudah terkena osteoporosis.
Profesor Hiromi tentu tidak hanya mencari sensasi. Dia ahli usus terkemuka di dunia. Dialah dokter pertama di dunia yang melakukan operasi polip dan tumor di usus tanpa harus membedah perut. Dia kini sudah berumur 70 tahun. Berarti dia sudah sangat berpengalaman menjalani praktik kedokteran. Dia sudah memeriksa keadaan usus bagian dalam lebih dari 300.000 manusia Amerika dan Jepang. Dia memang orang Amerika kelahiran Jepang yang selama karirnya sebagai dokter terus mondar-mandir di antara dua negara itu.
Setiap memeriksa usus pasiennya, Prof Hiromi sekalian melakukan penelitian. Yakni, untuk mengetahui kaitan wujud dalamnya usus dengan kebiasaan makan dan minum pasiennya. Dia menjadi hafal pasien yang ususnya berantakan pasti yang makan atau minumnya tidak bermutu. Dan, yang dia sebut tidak bermutu itu antara lain susu dan daging.
Dia melihat alangkah mengerikannya bentuk usus orang yang biasa makan makanan/minuman yang “jelek”: benjol-benjol, luka-luka, bisul-bisul, bercak-bercak hitam, dan menyempit di sana-sini seperti diikat dengan karet gelang. Jelek di situ berarti tidak memenuhi syarat yang diinginkan usus. Sedangkan usus orang yang makanannya sehat/baik, digambarkannya sangat bagus, bintik-bintik rata, kemerahan, dan segar.
Karena tugas usus adalah menyerap makanan, tugas itu tidak bisa dia lakukan kalau makanan yang masuk tidak memenuhi syarat si usus. Bukan saja ususnya kecapean, juga sari makanan yang diserap pun tidak banyak. Akibatnya, pertumbuhan sel-sel tubuh kurang baik, daya tahan tubuh sangat jelek, sel radikal bebas bermunculan, penyakit timbul, dan kulit cepat menua. Bahkan, makanan yang tidak berserat seperti daging, bisa menyisakan kotoran yang menempel di dinding usus: menjadi tinja stagnan yang kemudian membusuk dan menimbulkan penyakit lagi.
Karena itu, Prof Hiromi tidak merekomendasikan daging sebagai makanan. Dia hanya menganjurkan makan daging itu cukup 15 persen dari seluruh makanan yang masuk ke perut.
Dia mengambil contoh yang sangat menarik, meski di bagian ini saya rasa, keilmiahannya kurang bisa dipertanggungjawabk an. Misalnya, dia minta kita menyadari berapakah jumlah gigi taring kita, yang tugasnya mengoyak-ngoyak makanan seperti daging: hanya 15 persen dari seluruh gigi kita. Itu berarti bahwa alam hanya menyediakan infrastruktur untuk makan daging 15 persen dari seluruh makanan yang kita perlukan.
Dia juga menyebut contoh harimau yang hanya makan daging. Larinya memang kencang, tapi hanya untuk menit-menit awal. Ketika diajak “lomba lari” oleh mangsanya, harimau akan cepat kehabisan tenaga. Berbeda dengan kuda yang tidak makan daging. Ketahanan larinya lebih hebat.
Di samping pemilihan makanan, Prof Hiromi mempersoalkan cara makan. Makanan itu, katanya, harus dikunyah minimal 30 kali. Bahkan, untuk makanan yang agak keras harus sampai 70 kali. Bukan saja bisa lebih lembut, yang lebih penting agar di mulut makanan bisa bercampur dengan enzim secara sempurna. Demikian juga kebiasaan minum setelah makan bukanlah kebiasaan yang baik. Minum itu, tulisnya, sebaiknya setengah jam sebelum makan. Agar air sudah sempat diserap usus lebih dulu.
Bagaimana kalau makanannya seret masuk tenggorokan? Nah, ini dia, ketahuan. Berarti mengunyahnya kurang dari 30 kali! Dia juga menganjurkan agar setelah makan sebaiknya jangan tidur sebelum empat atau lima jam kemudian. Tidur itu, tulisnya, harus dalam keadaan perut kosong. Kalau semua teorinya diterapkan, orang bukan saja lebih sehat, tapi juga panjang umur, awet muda, dan tidak akan gembrot.
Yang paling mendasar dari teorinya adalah: setiap tubuh manusia sudah diberi “modal” oleh alam bernama enzim-induk dalam jumlah tertentu yang tersimpan di dalam “lumbung enzim-induk” . Enzim-induk ini setiap hari dikeluarkan dari “lumbung”-nya untuk diubah menjadi berbagai macam enzim sesuai keperluan hari itu. Semakin jelek kualitas makanan yang masuk ke perut, semakin boros menguras lumbung enzim-induk. Mati, menurut dia, adalah habisnya enzim di lumbung masing-masing.
Maka untuk bisa berumur panjang, awet muda, tidak pernah sakit, dan langsing haruslah menghemat enzim-induk itu. Bahkan, kalau bisa ditambah dengan cara selalu makan makanan segar. Ada yang menarik dalam hal makanan segar ini. Semua makanan (mentah maupun yang sudah dimasak) yang sudah lama terkena udara akan mengalami oksidasi. Dia memberi contoh besi yang kalau lama dibiarkan di udara terbuka mengalami karatan. Bahan makanan pun demikian.
Apalagi kalau makanan itu digoreng dengan minyak. Minyaknya sendiri sudah persoalan, apalagi kalau minyak itu sudah teroksidasi. Karena itu, kalau makan makanan yang digoreng saja sudah kurang baik, akan lebih parah kalau makanan itu sudah lama dibiarkan di udara terbuka. Minyak yang oksidasi, katanya, sangat bahaya bagi usus. Maksudnya, mengolah makanan seperti itu memerlukan enzim yang banyak.
Apa saja makanan yang direkomendasikan? Sayur, biji-bijian, dan buah. Jangan terlalu banyak makan makanan yang berprotein. Protein yang melebihi keperluan tubuh ternyata tidak bisa disimpan. Protein itu harus dibuang. Membuangnya pun memerlukan kekuatan yang ujung-ujungnya juga berasal dari lumbung enzim. Untuk apa makan berlebih kalau untuk mengolah makanan itu harus menguras enzim dan untuk membuang kelebihannya juga harus menguras lumbung enzim.
Prof Hiromi sendiri secara konsekuen menjalani prinsip hidup seperti itu dengan sungguh-sungguh. Hasilnya, umurnya sudah 70 tahun, tapi belum pernah sakit. Penampilannya seperti 15 tahun lebih muda. Tentu sesekali dia juga makan makanan yang di luar itu. Sebab, sesekali saja tidak apa-apa. Menurunnya kualitas usus terjadi karena makanan “jelek” itu masuk ke dalamnya secara terus-menerus atau terlalu sering.
Terhadap pasiennya, Prof Hiromi juga menerapkan “pengobatan” seperti itu. Pasien-pasien penyakit usus, termasuk kanker usus, banyak dia selesaikan dengan “pengobatan” alamiah tersebut. Pasiennya yang sudah gawat dia minta mengikuti cara hidup sehat seperti itu dan hasilnya sangat memuaskan. Dokter, katanya, banyak melihat pasien hanya dari satu sisi di bidang sakitnya itu. Jarang dokter yang mau melihatnya melalui sistem tubuh secara keseluruhan. Dokter jantung hanya fokus ke jantung. Padahal, penyebab pokoknya bisa jadi justru di usus. Demikian juga dokter-dokter spesialis lain. Pendidikan dokter spesialislah yang menghancurkan ilmu kedokteran yang sesungguhnya.
Saya mencoba mengikuti saran buku ini sebulan terakhir ini. Tapi, baru bisa 50 persennya. Entah, persentase itu akan bisa naik atau justru turun lagi sebulan ke depan.
Yang menggembirakan dari buku Prof Hiromi ini adalah: orang itu harus makan makanan yang enak. Dengan makan enak, hatinya senang. Kalau hatinya sudah senang dan pikirannya gembira, terjadilah mekanisme dalam tubuh yang bisa membuat enzim-induk bertambah. Nah….. gan pei!
Sumber: Jawa Pos, 15 Mei 2009
Promosi Mizan
Pak Dahlan memang idola saya kalo menulis artikel, seperti di jawapos.
Jadi pingin beli nih buku 🙂
Saya juga penggemar tulisannya Pak Dahlan…:)
salam kenal..
bener_bener menarik….
semoga buku itu bisa berguna untuk semua..amien
Indonesia sehat…..
KEREN!!! aku akan ngubah pola makanku…
semoga yang terbaik bagi kita akan berjalan secara istiqomah
aaaamiin, seperti halnya pola hidup demikian diatas
wah…betapa selama ini kita sering mendholimi tubuh kita sendiri yaaa? ayo saatnya kembali hidup sehat….. MAU..
buku yg patut dibaca… mudah2an bs hidup lebih sehat lagi…
buku luar biasa…….msti beli tuh biar sehat sepanjang masa….
Subhanallah… saya jadi bingung…
mana yag bener sih?
mantabbbb
benar2 menajubkan, coba kita peduli dengan pola hidup dan pola makanan kita dulu secara istiqomah yang nanti manfaatnya akan terlihat dan terasa, mudah2an yg lain mencontoh!!
wah,alhamdulillah,Allah masih memberiku waktu utk mmbaca ini….insyaAllah akan saya terapkan dan saya akan mengajak ibu saya untuk agar sgr sembuk dari sakitnya..minta doanya ya…
wah,alhamdulillah,Allah masih memberiku waktu utk mmbaca ini….insyaAllah akan saya terapkan dan saya akan mengajak ibu saya untuk agar sgr sembuh dari sakitnya..minta doanya ya…
makasih bwt pak Budi yg dah menginformasi saya….Syukran katsiran pak!
hai eviwidi – salam kenal
saya menemukan buku berjudul: “7 intisari kesehatan THE MIRACLE OF ENZYME” yg diterbitkan oleh Tim DAFA Publishing.
di dalamnya berisi copy paste review anda di blog ini.
saya hanya ingin menanyakan – apakah anda sudah mengetahui masalah ini?
mohon membalas japri ke imel saya
regards – yunita
hai eviwidi
salam kenal
saya menemukan buku berjudul: “7 intisari kesehatan THE MIRACLE OF ENZYME” yg diterbitkan oleh Tim DAFA Publishing.
di dalamnya berisi copy paste review anda di blog ini.
saya hanya ingin menanyakan – apakah anda sudah mengetahui masalah ini?
mohon membalas japri ke imel saya
regards
yunita
Dear Yunita,
Terima kasih atas informasinya.
Review ini adalah tulisan CEO Jawa Pos, Bapak Dahlan Iskan yang sudah dipublikasikan melalui Jawa Pos dan disebarluaskan oleh Tim Promosi Mizan (penerbit bukunya).
Saya memposting ulang karena menyadari akan manfaat dari tulisan beliau untuk pembaca blog ini dan tidak ada unsur komersial.
Adapun review ini diterbitkan dalam bentuk buku oleh pihak lain, saya kurang mengetahui apakah sudah mendapatkan ijin resmi dari Bapak Dahlan Iskan, selaku penulisnya, ataukah belum.
Salam.
-Evi-
dear eviwidi,
boleh tau gimana caranya mengontak bpk. dahlan iskan?
atow tim promosi mizan?
saya masih penasaran nih
makasih infonya…
menurut saya, ilmu tentang makanan seperti itu bukanlah hal yang baru, melainkan sudah pernah diajarkan nabi Muhammad SAW..
seperti :
mengunyah makanan sampai lembut, tidak makan makanan yg tidak sehat, jangan menghina makanan walaupun rasa atau tampaknya saja tidak enak, berusaha menikmati makanan dgn hati gembira, dsb ..
SUBHNALLAH………
sbelum prof. hiromi lahir pun nabi Muhammad SAW sudah menasihatkan :))
like this yoo… 😀
@Yunita, Anda bisa menghubungi melalui email yang ada di website Mizan: http://www.mizan.com/
Wah tulisan luar biasa, saya ikut dong…
Eviwidi, salam kenal..tulisannya bagus.
Alhamdulillah ada prof. hiromi yang mengkaji secara ilmiah pentingnya menjaga pola makan, cara makan, dsb. Sehingga kita semakin yakin akan anjuran Nabi Muhammad untuk kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.. Smoga sehat dan berkah selalu
Salam kenal juga Ratih…
Ini adalah tulisan Pak Dahlan Iskan…:)
saya sdh baca bukunya.. amat sgt bermanfaat..
mohon ijin karena akan saya tag di fb saya tuk di tag ke temen2 yg lain.. hehehe..
Saya masih bertanya2 tentang susu. KLnapa dulu Rasulullah mengkonsumsi susu dan merekomendasikan susu?? tapi di buku ini berbeda, malah tidak merekomendasikan susu
mb nailiy.. dalam riwayatnya yg dikonsumsi Rasululloh SAW itu bukan susu sapi tapi susu kambing, pada masa kini para ahli telah meneliti bnyk manfaat dari susu kambing..
Tinggi dengan kalsium yang sangat baik untuk pembentukan tulang dan gigi kanak-kanak
*
Membantu menguatkan tulang dan gigi orang dewasa
Kaya dengan protein, enzim-enzim dan vitamin A yang penting untuk kesehatan.
*
Sangat sesuai untuk ibu mengandung dan juga bagi ibu-ibu yang menyusu.
*
Mencantikkan kulit dan merawat penyakit kulit
*
Menguatkan sistem immunisasi paru-paru dan bersifat anti-arthritis
*
Menyeimbangkan kandungan gula dalam darah.
*
Susu kambing juga dapat membantu memulihkan maag,ulser perut, penyakit kuning, insomnia, Hepatitis A, migrain, gout, buah pinggang, kencing manis dan membantu mencegah kanser.
izin share mbak
untuk mengingatkan temen2 yang masih doyan nyusu
ijin share y mb
”Dan sesungguhnya dari binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberi minum dari pada apa yang terdapat pada perutnya ( berupa ) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya”. (QS. An-Nahl : 66)
menurut sy ayat tersebut berlaku utk semua susu.. kalau memang susu itu berbahaya dpt menyebabkan penyakit kenapa tidak di larang atau di haramkan sejak dahulu kala?
Apa ayat Allah dipatahkan oleh seorang prof jepang yg hanya pengalaman puluhan tahun? Astaghfirullah
tidak bertentangan kok….apa saja yang berlebihan akan berdampak tidak baik…maybe begitu..
[…] Baca review pak Dahlan Iskan tentang buku Hiromi Shinya : The Miracle of Enzyme disini […]